Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peran pembinaan dan pendidikan (Nata, 2002). Nativisme menganggap pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, tidak mempengaruhi perkembangan anak didik, kecuali hanya sebagai wadah dan memberikan rangsangan saja. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer. Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yag mengikuti aliran "Empirisme" berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran Nativisme juga mempercayai manusia yang ter lahir di dunia ini telah dibekali dengan anugrah suatu alat guna mengkaji bahasa ( Language Acquisition Device /LAD) (Rumaf, 2015, 196). Tujuan Teori Nativisme. Tujuan teori nativisme, terutama dalam konteks linguistik, adalah untuk menjelaskan asal-usul, perkembangan, dan pemahaman manusia terhadap bahasa. Berikut adalah beberapa tujuan teori nativisme: 1. Menjelaskan asal-usul kemampuan bahasa. Teori ini mencoba menjelaskan bagaimana manusia dapat mempelajari dan menggunakan Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain garis keturunan, lingkungan, stimulus, pendidikan serta kondisi sosial dan ekonomi. Perkembangan anak dipandang secara berbeda-beda oleh tiap aliran filsafat. Beberapa aliran filsafat yang memiliki kajian tentang perkembangan anak ialah empirisme, nativisme dan naturalisme. Dengan demikian pendidikan diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. 2.1.2 Aliran Nativisme Aliran ini dipelopori oleh seorang bangsa Jerman bernama Arthur Schopenhouer yang hidup pada abad 19. .

mengapa aliran nativisme menolak pengaruh pendidikan